apa saja bentuk perlawanan sultan hasanuddin kepada pasukan kolonial belanda ?
IPS
takasorap46yvl
Pertanyaan
apa saja bentuk perlawanan sultan hasanuddin kepada pasukan kolonial belanda ?
2 Jawaban
-
1. Jawaban nisa21092
Sultan Hasanudin naik tahta sebagai raja Gowa ke-16 menggantikan Sultan Muhammad Said. Meskipun sebenarnya bukan putra mahkota, namun pengalaman dan kemampuannya yang luas ditunjuk oleh Sultan Muhammad Said menggantikan dirinya setelah wafat.
Karena tidak mau tunduk terhadap pemerintah kolonialis Belanda yang berpusat di Batavia, Sultan Hasanudin berkali-kali mendapat serangan dari pasukan Belanda yaitu penyerangan yang pertama terjadi pada tahun1660, kedua terjadi tahun 1666, ketiga tahun 1667 dan keempat pada tahun1669. Perang yang dilakukan oleh Sultan Hasanudin bukan semata-mata untuk mempertahankan tanah air atau mengusir kaum imperialis, namun juga membantu rakyat di luar kerajaannya yang mengalami tindakan kejam yang dilakukan oleh Belanda. Dalam hal ini, pada bulan Maret 1645 Sultan Hasanudin mengirimkan armada yang kuat terdiri dari 100 perahu untuk membantu rakyat Maluku mengadakan perlawanan terhadap kekejaman Belanda yang dikenal dalam sejarah sebagai "Perang Hongi".
Meskipun pada masa pemerintahannya berulang kali terjadi peperangan, namun Sultan Hasanuddin bukanlah sosok pemimpin yang suka kekerasan dan haus perang. Sifat humanismenya sebagai raja besar nampak pada kesediaannya untuk menerima Perjanjian Bungaya pada tanggal 18 November 1667.
semoga bermanfaat -
2. Jawaban bandtrok
perjuangan sultan hasanuddin kepada Belanda :Terjadi pertempuran besar antara sultan Hasanuddin dan pemerintah colonial Hindia belanda pada tahun 1666. Dalam pertempuran tersebut, VOC di bawah pimpinan Speelman berkoalisi dengan Kapten Jonker dari Ambon dan Aru Palaka Raja Bone.
Sultan Hasanuddin kalah dalam pertempuran dan para pemimpin yang tidak mau tunduk kepada VOC, seperti Kraeng Galesung dan Montemerano melarikan diri ke Jawa. Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667.
semoga membntu