Bagaimana jaringan perdagangan regional dan internasional di indonesia berdasarkan berita tome pires? please help
Pertanyaan
1 Jawaban
-
1. Jawaban SWAGZNGANJUK
Kerajaan-Kerajaan Besar Indonesia pada Masa Kekuasaan Hindu-Buddha dan Islam
Kode Kategori berdasarkan kurikulum KTSP: 11.3.3
Kata kunci: berita, Tome Pires, peta, jalur perdagangan, di bagian timur indonesiaJawaban:
Berdasarkan berita Tome Pires, peta jalur perdagangan di bagian timur kepulauan Indonesia: ada dalam lampiran.Pembahasan:
Meskipun kehadiran pedagang Portugis di nusantara relatif tidak penting di Jawa abad ke-16, jatuhnya Malaka di Semenanjung Melayu sampai Portugis pada tahun 1511 merupakan titik balik dalam sejarah Indonesia. Pada akhir abad ini, tingkat perdagangan Muslim Indonesia dengan Timur Tengah, dan kemudian dengan Eropa, merupakan yang terbesar yang pernah ada. Seiring berkembangnya perdagangan, Portugis berusaha mengamankan perdagangan dengan Maluku - Kepulauan Rempah-Rempah.
Pada akhir abad ke-16, bagaimanapun, peningkatan kepentingan Belanda dan Inggris di wilayah tersebut memunculkan serangkaian pelayaran, termasuk yang dilakukan oleh James Lancaster (1591 dan 1601), Cornelis de Houtman dan Frederik de Houtman (1595 dan 1598 ), dan Jacob van Neck (1598). Pada tahun 1602, Perusahaan Hindia Timur Belanda , VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie). VOC kemudian meresmikan upaya untuk menyingkirkan pesaing Eropa dari nusantara - yang disebut Hindia Timur oleh orang Eropa. Ini juga berusaha mengendalikan perdagangan yang dilakukan oleh pedagang asli Asia dan untuk membangun monopoli komersialnya sendiri.
Monopoli itu sendiri bukanlah sebuah inovasi di nusantara; Aceh, misalnya, telah mengendalikan perdagangan di pesisir barat laut dan timur Sumatera. Namun, monopoli perusahaan lebih luas dan mulai menjadi basis kekaisaran teritorial Belanda. Karena alasan ini banyak orang cenderung melihat tahun 1511 atau pergantian abad ke-17 sebagai awal dari masa dominasi Eropa yang berlangsung hingga abad ke-20.
Sejak tahun 1930an, beberapa sejarawan telah mengkritik pandangan bahwa orang-orang Eropa merupakan faktor utama dalam membentuk sejarah Hindia Timur dari abad ke-17 dan seterusnya. Sebaliknya, mereka telah menekankan kontinuitas penting sejarah Indonesia dan berpendapat bahwa VOC pada awalnya membuat sedikit perubahan dalam pola politik atau komersial tradisional.
Perdagangan tradisional Asia, menurut satu pandangan, adalah perdagangan menjajakan non-kapital, yang didanai oleh kelas bangsawan di negara-negara Asia dan dilakukan oleh pedagang kecil yang tak terhitung jumlahnya yang mengumpulkan rempah-rempah dan merica di Hindia untuk pembuangan di kota-kota pelabuhan di Asia. Dalam pandangan ini, VOC dianggap sebagai pangeran pedagang lain, yang secara bertahap memasukkan dirinya ke dalam pola perdagangan Pulau Rempah-Rempah yang ada saat ini dan menyesuaikan diri dengan mereka. Sebagai Batavia (sekarang Jakarta) menjadi markas dari mana ia mendirikan pabrik (cabang perdagangan) di Kepulauan Rempah-Rempah dan di tempat lain, perusahaan tersebut secara bertahap menjadi kekuatan teritorial, namun pada awalnya hanya ada satu kekuatan antara lain dan belum penguasa wilayah. Baru pada abad ke-19, kekuatan ekonomi baru, produk kapitalisme industri, meledak di kepulauan dan menenggelamkannya di bawah gelombang baru imperialisme Eropa.Berita Tome Pires dalam Suma Oriental (1512-1515) memberikan gambaran mengenai keberadaan jalur pelayaran jaringan perdagangan, baik regional maupun internasional. Tome Pires menceritakan tentang lalu lintas dan kehadiran para pedagang di Samudra Pasai yang berasal dari Bengal, Turki, Arab, Persia, Gujarat, Kling, Malayu, Jawa, dan Siam.
Berdasarkan kehadiran sejumlah pedagang dari berbagai bangsa ke Samudera Pasai, Malaka, dan bandar-bandar di pesisir utara Jawa sebagaimana diceritakan Tome Pires, dapat diambil kesimpulan bahwa adanya jalur-jalur pelayaran dan jaringan perdagangan antara beberapa kesultanan di Kepulauan Indonesia baik yang bersifat regional maupun internasional.
Hubungan pelayaran dan perdagangan antara Nusantara dengan Arab meningkat menjadi hubungan langsung dan dalam intensitas tinggi. Dengan demikian aktivitas perdagangan dan pelayaran di Samudera Hindia semakin ramai.(Lt)